Kamis, 08 Maret 2012

Aku Bersimpuh, Di Ramadhan-Mu


Aku Bersimpuh, Di Ramadhan-Mu

            Tepat setahun yang lalu, ketika di detik-detik terakhir menjelang idul fitri. Malam itu, tiba-tiba tanpa sadar, sebuah doa terlucut dari getar bibir saya. Doa agar bisa dipertemukan dengan bulan ramadhan di tahun-tahun selanjutnya, termasuk tahun ini. Entah, rasanya ada kekhawatiran, jikalah umur ini tak sampai lagi di ramadhan berikutnya. Beruntung, Allah jamah doa saya, hingga kini saya kembali dipertemukan dengan ramadhan-Nya kembali. Sungguh, sebuah kebahagiaan terindah bagi saya.
Di ramadhan ini, bulan yang selalu dirindukan setiap umat Islam, ada banyak hal yang berbeda terjadi dalam hidup saya. Satu di antaranya adalah rasa kedekatan bathin dengan-Nya, Sang Pencipta langit dan bumi.
Ramadhan ini seakan membawa saya untuk kembali pada-Nya. Setelah perjalanan panjang di bulan-bulan sebelumnya. Di mana dulu, saya sering menunda ibadah pada-Nya, seakan benar saya yakini, umur masih ada walau sekedar untuk lima menit lagi. Namun kini, ibadah rasanya tak cukup sekedar kewajiban, tetapi juga untuk mendekatkan diri ini pada-Nya. Meski ramadhan terasa penuh “rintangan”, tetap saja, perbincangan hangat dengan-Nya di atas sajaddah, tak tergadaikan oleh alasan yang demikian. Di bulan ramadhan, ibadah menjadi kenikmatan tersendiri, selain karna pahala yang dilipat gandakan, juga karna waktu yang ada seakan tanpa himpitan segala kesibukan yang mengekang. 
Sungguh, di bulan yang penuh rahmat bagi kaum muslimin dan muslimat ini, semua tiada yang sia-sia, bahkan lelap pun terhitung sebagai bagian ibadah. Hingga helaan nafas seakan dzikir panjang, memuji asma-Nya. Inilah yang membuat saya untuk memilih pulang pada-Nya, setelah sekian lama bertualang dalam kekosongan dan kehampaan tanpa arah yang pasti. Namun akhirnya, pada Dialah saya kembali.
Ramadhan, sebuah kata pendek nan sederhana. Namun, berbeda dengan makna yang dikandungnya, tak sesederhana deretan hurufnya. Lihatlah, bukan hanya saya yang merasakannya, tetapi juga semua umat Islam di mana pun berada, meski harus berjibaku dengan rasa lapar dan dahaga, ibadah puasa tetap serasa nikmat adanya.
Bila dulu, semasa masih usia kanak-kanak, puasa rasanya sulit sekali. Berhitung detik demi detik, menuju menit, hingga sampai menunjukkan pukul dua belas siang untuk berbuka puasa setengah hari. Ibadah yang lainnya pun menjadi keluhan, dengan dalih rasa lemas karna berpuasa. Namun kini, semua telah berbeda. Seiring dengan pendewasaan diri, dan kedekatan dengan-Nya, ibadah tak lagi tergadaikan dengan dalih rasa lelah. Andaipun terkadang masih menundanya, itu hanya sesaat saja. Sekedar untuk melepas lelah yang bergelayut manja di tubuh ini.
Walau tubuh ini masih bersimbah salah dan khilaf, namun di ramadhan-Nya kali ini, justru itulah yang menyemangati diri ini agar lebih mendekatkan diri lagi pada-Nya. Semua rasa yang berbeda, rasa nikmat menjamu-Nya dengan dzikir panjang dan sujud penuh kerendahan hati, serta memuji-Nya dalam setiap bait-bait doa.
Ramadhan, semoga masih dapat kutemui engkau di waktu-waktu selanjutnya. Dalam iman yang lebih kokoh lagi, nan rasa syukur yang lebih banyak lagi, serta tanpa penundaan jamuan pada-Nya di atas sajaddah. Amin ya robbal alamin
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang membawa berkah. Allah Swt, telah mewajibkan puasa pada siang harinya, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu, pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, siapa yang terhalang dari kebaikannya berarti benar-benar terhalang.” (H.R. An- Nasa’i)

Teriring doa dalam setiap bait kata di tulisan ini, semoga ramadhan berikutnya masih bisa kita temui. Amin
Kalimantan Selatan, 18 Ramadhan 1432 H pukul 20.28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar