Kamis, 08 Maret 2012

RIWAYATKU DI HULU SUNGAI SELATAN


RIWAYATKU DI HULU SUNGAI SELATAN

Di sudut kecil kehidupan aku dilahirkan
Di kota tenang penuh kedamaian
Hulu sungai selatan engkau ku kisahkan
Lewat jembatan antaludin dekat lapangan

Amandit menjadi nadi perekonomian
Batang bambu bersingkaian
Ramai anak-anak berhamburan
Dengan wajah penuh keceriaan

Begitu indah dipandang mata
Kala senja menjadi latarnya
Dan burung-burung menjadi objeknya
Serta mentari menjadi pelengkapnya

Tak pernah habis kebanggaanku padamu
Tahun demi tahun pembangunan terus berjalan
Hampir tak ku dengar lagi gaung kebanjiran
Jalan desa pun kian nyaman

Namun satu kenangan yang ku rasa kurang
Potensi mu yang banyak terabaikan
Yang sebenarnya asset masa depan
Bukan pemerintahan yang aku persalahkan
Tapi kepedulian kita bersama yang ku pertanyakan
Budaya kebersamaan yang dulu sering diperkenalkan

KETIKA RINDU ITU BERBICARA


KETIKA RINDU ITU BERBICARA


Bunda…
Telah cukup lama aku tak merangkai makna untukmu
Meski ada rindu di sini
Namun sibakkannya belum mampu ku penuhi

Bunda…
Hari ini aku tak mampu lagi merejamnya
Bendungan atas nama waktu pun
Tak sanggup menahannya
Rindu yang dalam dari seorang anak pada bundanya

Rindu terdalam yang pernah ku rasakan
Setelah sekian kali ia terpendam
Di ngarai hati yang sesungguhnya beriak
Seakan ia pun ingin membuncah
Merisalahkan kerinduan ini padamu

Bunda…
Maafkan aku,
Bila belakangan jarang menyapamu
Seakan tidak memperhatikanmu
Namun percayalah
Doaku selalu terhatur pada-Nya
Agar Dia jaga engkau dengan cinta-Nya
Sebab tak dua puluh empat jam penuh
Aku dapat menjagamu tanpa lengah

Aku Bersimpuh, Di Ramadhan-Mu


Aku Bersimpuh, Di Ramadhan-Mu

            Tepat setahun yang lalu, ketika di detik-detik terakhir menjelang idul fitri. Malam itu, tiba-tiba tanpa sadar, sebuah doa terlucut dari getar bibir saya. Doa agar bisa dipertemukan dengan bulan ramadhan di tahun-tahun selanjutnya, termasuk tahun ini. Entah, rasanya ada kekhawatiran, jikalah umur ini tak sampai lagi di ramadhan berikutnya. Beruntung, Allah jamah doa saya, hingga kini saya kembali dipertemukan dengan ramadhan-Nya kembali. Sungguh, sebuah kebahagiaan terindah bagi saya.
Di ramadhan ini, bulan yang selalu dirindukan setiap umat Islam, ada banyak hal yang berbeda terjadi dalam hidup saya. Satu di antaranya adalah rasa kedekatan bathin dengan-Nya, Sang Pencipta langit dan bumi.
Ramadhan ini seakan membawa saya untuk kembali pada-Nya. Setelah perjalanan panjang di bulan-bulan sebelumnya. Di mana dulu, saya sering menunda ibadah pada-Nya, seakan benar saya yakini, umur masih ada walau sekedar untuk lima menit lagi. Namun kini, ibadah rasanya tak cukup sekedar kewajiban, tetapi juga untuk mendekatkan diri ini pada-Nya. Meski ramadhan terasa penuh “rintangan”, tetap saja, perbincangan hangat dengan-Nya di atas sajaddah, tak tergadaikan oleh alasan yang demikian. Di bulan ramadhan, ibadah menjadi kenikmatan tersendiri, selain karna pahala yang dilipat gandakan, juga karna waktu yang ada seakan tanpa himpitan segala kesibukan yang mengekang. 
Sungguh, di bulan yang penuh rahmat bagi kaum muslimin dan muslimat ini, semua tiada yang sia-sia, bahkan lelap pun terhitung sebagai bagian ibadah. Hingga helaan nafas seakan dzikir panjang, memuji asma-Nya. Inilah yang membuat saya untuk memilih pulang pada-Nya, setelah sekian lama bertualang dalam kekosongan dan kehampaan tanpa arah yang pasti. Namun akhirnya, pada Dialah saya kembali.
Ramadhan, sebuah kata pendek nan sederhana. Namun, berbeda dengan makna yang dikandungnya, tak sesederhana deretan hurufnya. Lihatlah, bukan hanya saya yang merasakannya, tetapi juga semua umat Islam di mana pun berada, meski harus berjibaku dengan rasa lapar dan dahaga, ibadah puasa tetap serasa nikmat adanya.
Bila dulu, semasa masih usia kanak-kanak, puasa rasanya sulit sekali. Berhitung detik demi detik, menuju menit, hingga sampai menunjukkan pukul dua belas siang untuk berbuka puasa setengah hari. Ibadah yang lainnya pun menjadi keluhan, dengan dalih rasa lemas karna berpuasa. Namun kini, semua telah berbeda. Seiring dengan pendewasaan diri, dan kedekatan dengan-Nya, ibadah tak lagi tergadaikan dengan dalih rasa lelah. Andaipun terkadang masih menundanya, itu hanya sesaat saja. Sekedar untuk melepas lelah yang bergelayut manja di tubuh ini.
Walau tubuh ini masih bersimbah salah dan khilaf, namun di ramadhan-Nya kali ini, justru itulah yang menyemangati diri ini agar lebih mendekatkan diri lagi pada-Nya. Semua rasa yang berbeda, rasa nikmat menjamu-Nya dengan dzikir panjang dan sujud penuh kerendahan hati, serta memuji-Nya dalam setiap bait-bait doa.
Ramadhan, semoga masih dapat kutemui engkau di waktu-waktu selanjutnya. Dalam iman yang lebih kokoh lagi, nan rasa syukur yang lebih banyak lagi, serta tanpa penundaan jamuan pada-Nya di atas sajaddah. Amin ya robbal alamin
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang membawa berkah. Allah Swt, telah mewajibkan puasa pada siang harinya, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu, pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, siapa yang terhalang dari kebaikannya berarti benar-benar terhalang.” (H.R. An- Nasa’i)

Teriring doa dalam setiap bait kata di tulisan ini, semoga ramadhan berikutnya masih bisa kita temui. Amin
Kalimantan Selatan, 18 Ramadhan 1432 H pukul 20.28